Asuhan Persalinan Normal (APN) 58 Langkah

Asuhan Persalinan Normal (APN) 58 Langkah
PENGERTIAN APN
  • Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
  • Menurut Saifuddin(10), persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
  • Definisi persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara spontan, beresiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat.
TUJUAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL
  • Tujuan asuhan persalinan normal adalah tercapainya kelangsungan hidup dan kesehatan yang tinggi bagi ibu serta bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap namun menggunakan intervensi seminimal mungkin sehingga prinsip keamanan dan kualitas layanan dapat terjaga pada tingkat yang seoptimal mungkin. pendekatan seperti ini berarti bahwa: dalam asuhan persalinan normal harus ada alasan yang kuat dan bukti manfaat apabila akan melakukan intervensi terhadap jalannya proses persalinan yang fisiologis/alamiah.
TUGAS PENOLONG PERSALINAN PADA ASUHAN PERSALINAN NORMAL
  • Tugas penolong persalinan pada asuhan persalinan normal yaitu:
  1. Memberikan dukungan pada ibu, suami dan keluarganya selama proses persalinan, saat akan melahirkan bayi dan pada masa sesudahnya.
  2. Melakukan pemantauan terhadap ibu dan janin dalam proses persalinan dan setelah persalinan; menilai adanya faktor risiko; melakukan deteksi dini terhadap komplikasi persalinan yang mungkin muncul.
  3. Melakukan intervensi minor bila diperlukan seperti melakukan amniotommi; episotomi pada kasus gawat janin; melakukan penatalaksanaan pada bayi baru melahirkan dengan asfiksi ringan.
  4. Melakukan rujukan pada fasilitas yang lebih lengkap sesuai dengan masalah kasusu yang dirujuk bila didapatkan adanya faktor risiko atau terdeteksi adanya komplikasi selama proses persalinan. Selain tugaaas-tugas di atas, seorang penolong persalinan harus mendapatkan kualifikasi sebagai tenaga pelaksana penolong persalinan melalui serangkaian latihan, bimbingan langsung dan kesempatan untuk mempraktekkan keterampilannya pada suasana sesungguhnya. Dalam kualifikasi tersebut, penolong persalinan dapat melakukan penilaian terhadap faktor risiko, mendeteksi secara dini terjadinya komplikasi persalinan, melakukan pemantauan terhadap ibu maupun janin, dan juga bayi setelah dilahirkan. Penolong persalinan harus mampu melakukan penatalaksanaan awal terhadap komplikasi terhadap bayi baru lahir. Ia juga harus mampu untuk melakukan rujukan baik ibu maupun bayi bila komplikasi yang terjadi memerlukan penatalaksanaan lebihlanjut yang membutuhkan keterampilan di luar kompetensi yang dimilikinya. Tidak kalah pentingnya adalah seorang penolong persalinan harus memiliki kesabaran, kemampuan untuk berempati dimana hal ini amat diperlukan dalam memberikan dukungan bagi ibu dan keluarganya.

ASUHAN PERSALINAN 58 LANGKAH
Untuk melakukan asuhan persalinan normal dirumuskan 58 langkah asuhan persalinan normal sebagai berikut:
  1. Mendengar & Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala II: a)ibu mempunyai dorongan kuat untuk meneran, b)ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina, c)perineum tampak menonjol, d)vulva dan sfingter ani membuka
  2. pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia -> tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi. a)Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi, b)Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set
  3. Pakai celemek plastik.
  4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tisue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
  5. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk pemeriksaan dalam
  6. masukkan oksitosin kedalam tabung suntik ( gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril ( pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik)
  7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT, a)Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang, b)Buang kapas atau kasa pembersih ( terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia, c)Ganti sarung tangan jika terkontaminasi( dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5%)
  8. lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap, a.bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi
  9. Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
  10. Periksa denyut jantung janin ( DJJ ) setelah kontraksi/ saat relaksasi iterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal ( 120-160x/ menit ). a)Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal, b)Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf
  11. Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman  dan sesuai dengan keinginannya. a)Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin ( ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif ) dan dokumentasikan semua temuan yang ada. b)Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar
  12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. ( Bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
  13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran: a)Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif, b)Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai, c)Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya  (kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama), d)Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi, e)Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat utnuk ibu, f)Berika cukup asupan cairan per oral ( minum), g)Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai, h)Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit  (2 jam) meneran ( primigravida) atau 60 menit ( 1jam) meneran ( multigravida)
  14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
  15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
  16. Letakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
  17. Buka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
  18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
  19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuak vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal
  20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi., a)Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayii., b)Jika tali pusat melilit leher secara kut, klem tali pusat di dua tempat dan potong di antara dua klem tersebut.
  21. Tunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan.
  22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
  23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
  24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki ( masukkan telunjuk di antara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jarinya)
  25. Lakukan penilaian selintas : a. Apakah bayi menangi kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?, b. Apakah bayi bergerak aktif ? Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap lakukan langkah resusitasi ( lanjut ke langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir)
  26. Keringkan tubuh bayi nulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut ibu.
  27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus ( hamil tunggal)
  28. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik.
  29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
  30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
  31. Pemotongan dan pengikatan tali pusat. a)Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut. b)Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya, c)Lepaskan klem dan memasukkan dalam wadah yang telah disediakan.
  32. Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.
  33. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
  34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
  35. Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
  36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah dorsokrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur di atas. a.Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.
  37. Lakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial). a)Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta, b)Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat: 1.beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM, 2.lakukan kateterisasi ( aseptik) jiak kandung kemih penuh, 3.minta keluarga untuk menyiapkan rujukan, 4.ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya, 5.jika plasenta tida lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi perdarahan, segera lakukan palsenta manual
  38. Saat palsenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang disediakan, a.jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertimggal.
  39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi ( fundus teraba keras), a.Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik masase
  40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu, maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantong plastik atau tempat khusus.
  41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan.
  42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
  43. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam. a)Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dlam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara, b)Biarkan bayi berada di adad ibu selam 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
  44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral.
  45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral. a)Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan, b)Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayiberhasil menyusu.
  46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam. a)2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan, b)Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan, c)Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan, d)Jka uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai dengan menatalaksana atonia uteri
  47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
  48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
  49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan. a)Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan, b)Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal
  50. Periksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik ( 40-60x) serta suhu tubuh normal ( 36,5-37,5).
  51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.
  52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
  53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering.
  54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya.
  55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
  56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
  57. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
  58. Lengkapi partograf ( halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV. ( JNPK-KR. 2008 )
DAFTAR PUSTAKA
  1. JNPK-KR.2007. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR/POGI, JHPIEGO
  2. JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR

Sign out
Baca Juga ×
Powered by Blogger.