KB Permanen Dengan Metode Steril Untuk Mencegah Kehamilan
Jika saat ini ibu sedang hamil
anak kedua, ketiga atau mungkin lebih dan ibu merencanakan untuk tidak hamil
lagi, maka ibu bisa memilih menggunakan KB permanen dengan metode steril untuk
mencegah kehamilan selamanya. Pemilihan KB permanen selain karena ibu sudah
memiliki anak sesuai “target” juga dengan mempertimbangan faktor kesehatan ibu
karena kehamilan usia tua sangat tidak dianjurkan.
KB Steril yang bisa ibu pilih
terbagi menjadi dua jenis yaitu ada yang melalui operasi dan ada yang tanpa
melalui operasi. Masing-masing metode memiliki cara dan prosedur yang
berbeda-beda.
Sterilisasi Melalui Operasi
Sterilisasi yang melalui operasi
dinamakan ligasi tuba. Prosedur dari operasi ini adalah dengan cara mengikat
atau ligasi (bahasa inggris: ligation) tuba falopi dengan tujuan untuk mencegah
masuknya sel telur ke rahim ibu. Selain itu, penutupan tuba falopi juga akan
mencegah sperma masuk melalui tuba falopi.
Proses ini diawali dengan cara
menggembungkan perut ibu menggunakan gas khusus yang kemudian dilanjutkan
dengan proses sayatan kecil pada perut untuk mempermudah dokter dalam
menjangkau tuba falopi. Sebelum menjalani operasi ini ibu disarankan untuk
beristirahat selama beberapa hari atau minimal melakukan bedrest selama sehari
sebelum dilakukannnya proses operasi.
Meskipun prosedur ini dinamakan
pengikatan, namun pada prakteknya ada beberapa cara yang dilakukan selain dari
pengikatan. Bisa dengan cara memotong dan melipatnya, memblokir dengan
perangkat medis khusus bahkan dengan cara menghilangkan bagian-bagian tertentu
dari tuba falopi. Jika prosedur yang dilakukan hanya mengikat, maka nantinya
jika suatu waktu ibu ingin hamil lagi maka bisa dikembalikan dengan cara
melepas ikatan.
Setelah melakukan sterilisasi
melalui prosedur operasi, sebelum pulih Ibu dianjurkan untuk menghindari
aktifitas seksual selama minimal seminggu. Saat ibu mandi, hindari untuk
mencuci dan menggosok bagian bekas luka sayatan untuk mempercepat proses
pengeringan luka. Satu minggu pertama pasca operasi ibu mungkin akan merasakan
perut mengembung serta sakit punggung dan bahu yang diakibatkan gas yang
digunakan dalam prosedur operasi. Namun ibu tidak perlu khawatir, karena
seminggu kemudian semua keluhan akan berangsur hilang ibu sudah mulai bisa
melakukan beragam aktifitas sehari-hari secara normal kembali.
Sterilisasi Tanpa Melalui Operasi
Metode sterilisasi tanpa operasi
dilakukan dengan cara menanamkan (implantasi) dua buah logam kecil yang bernama
Essure kedalam masing-masing tuba falopi dan dilakukan melalui vagina dan
serviks ibu.
Logam yang ditanam dalam tuba
falopi akan menyebabkan iritasi dan meninggalkan bekas luka pada tuba falopi.
Bekas luka ini semakin lama akan semakin tebal dan akan menutup tuba falopi
secara sempurna setelah tiga bulan. Jika penutupan sudah sempurna maka sperma
yang masuk ketika ibu melakukan hubungan badan tidak akan bisa mencapai sel
telur karena tertutup sehingga proses pembuahan tidak terjadi.
Karena penebalan luka terjadi
dalam waktu kurang lebih 3 bulan, maka ibu disarankan selama waktu tersebut harus
menggunakan alat kontrasepsi ketika berhubungan badan dengan suami. Dan ketika
sudah lewat 3 bulan maka proses sterilisasi dengan implantasi sudah maksimal
dan dapat mencegah kehamilan dengan angka keefektifan mencapai 99,8 %.
Prosedur ini tidak memiliki efek
samping yang serius bagi tubuh ibu. Setelah proses pemasangan essure ibu
mungkin akan sedikit mengalami ketidaknyamanan seperti, mual, muntah, pusing,
kram sekitar perut, atau terjadi perdarahan kecil atau bercak-bercak karena
efek logam tersebut yang mengiritasi dan meninggalkan luka pada tuba falopi.
Pikirkan Secara Matang Sebelum Memutuskan Sterilisasi
Melihat dari fungsi KB steril
adalah untuk mencegah terjadinya kehamilan ibu secara permanen, maka ibu harus
sudah mengetahui apa saja dampak positif dan negatif yang akan ibu rasakan.
Dampak Positif
Dengan menggunakan KB steril,
hormon maupun libido (hasrat bercinta) ibu tidak akan mengalami perubahan.
Sehingga ibu dan suami akan lebih leluasa untuk melakukan hubungan badan
kapanpun tanpa perlu takut menjadi hamil.
Dampak Negatif
Setiap metode KB tentunya akan
memiliki pula dampak negatif bagi ibu. Begitupun dengan KB steril, karena
sifatnya permanen maka ketika ibu dimasa mendatang ingin kembali hamil maka ibu
akan mengalami penyesalan.
Kita tidak pernah bisa
memprediksi masa depan, mungkin saja dimasa depan akan muncul kembali keinginan
ibu untuk hamil kembali. Hal ini bisa dikarenakan ada salah satu anak ibu ada
yang meninggal atau misalnya ibu memiliki status pernikahan yang baru sehingga
timbul keinginan untuk punya anak lagi.
Jika KB steril yang ibu lakukan
sebelumnya melalui jalur operasi (ligasi tuba) maka ibu akan memiliki
kesempatan untuk kembali hamil dengan cara pembalikan ligasi tuba seperti
dijelaskan diatas.
Selain itu dampak negatif lain
yang mungkin akan ibu dapatkan adalah jika proses pemasangan implan maupun
prosedur operasi tidak berjalan baik maka ibu beresiko mengalami kehamilan di
luar rahim (ektopik) yang sangat berisiko. Ibu juga akan mengalami kehamilan
jika saat dilakukan prosedur sterilisasi, tanpa sadar ibu sudah dalam keadaan
hamil.
Pemilihan KB permanen dengan
metode steril untuk mencegah kehamilan selamanya memang membuat nyaman bagi ibu
melakukan hubungan dengan suami kapan saja. Namun harus ibu pikiran dengan
matang apa dampak negatif yang akan ibu rasakan sebelum memutuskan menggunakan
KB steril.
Post a Comment